24.8 C
Bandung
Friday, November 14, 2025

Buy now

Dinamika Politik Global, Sinkos, dan Kritik Faizal Assegaf untuk Mahfud MD

BandungEdun.COM — Kritikus politik Faizal Assegaf menyampaikan pandangannya yang tajam mengenai dinamika politik global dan domestik, khususnya terkait ancaman nuklir antara Iran dan Israel yang melibatkan kekuatan besar seperti AS, Tiongkok, Rusia, dan kelompok BRICS. Hal ini, menurutnya, menuntut Presiden Indonesia untuk mengambil posisi yang konsisten. Faizal juga menyoroti fenomena politik dalam negeri yang ia nilai semakin gaduh dan perlu disikapi dengan cara pandang yang lebih jernih.

Melalui sebuah forum diskusi, Faizal menegaskan bahwa ia ingin membawa suasana yang lebih cair dan mengedepankan silaturahmi, alih-alih terjebak dalam perdebatan antara “mantan pejabat dan mantan pebisnis yang berkelahi”. Ia menekankan pentingnya menjaga “rumah kita” (negara) bersama dan membuang sejenak perdebatan remeh-temeh yang tidak produktif.

“Saya sudah muak lihat kanal-kanal media, media sosial, sudah tidak ada lagi seolah-olah di atas negara itu manusia, seolah-olah negara menjadi tujuan, politik menjadi tujuan, oposisi menjadi tujuan,” tegas Faizal, mengkritik keras polarisasi dan dehumanisasi dalam kancah politik saat ini, Ahad (22/6/2025), dalam acara soft launching Sinergi Konstruktif (Sinkos) di Tebet, Jakarta Selatan.

Ia berharap forum seperti yang digagasnya ini dapat menjadi ruang untuk membangun kasih sayang dan kerinduan, serta mencari solusi atas permasalahan bangsa secara bersama.

Urgensi Pemikiran Matematis dalam Politik

Faizal menyerukan perlunya “perhitungan matematik” dalam berpolitik, yang ia artikan sebagai pendekatan yang jujur, logis, dan terukur, bukan imajinatif. Ia mengkritik pandangan yang menempatkan negara, demokrasi, atau politik sebagai tujuan akhir, padahal esensinya adalah peningkatan nilai-nilai kemanusiaan.

“Ada peningkatan nilai-nilai manusia yang hilang. Karena krisis nilai-nilai manusia, maka perbedaan nilai tahan pada tujuan yang imajiner, yang masuk,” ujar Faizal. Baginya, forum-forum semacam ini penting untuk menghasilkan gagasan cerdas dan menemukan solusi atas permasalahan bangsa.

Kritik untuk Mahfud MD

Dalam kesempatan tersebut, aktivis 98 itu juga melayangkan kritik keras terhadap cara pandang “hitam putih” dalam bernegara, khususnya menyoroti pernyataan yang pernah disampaikan oleh Prof. Dr. Mahfud MD. Faizal mengutip pandangan yang menyatakan bahwa jika sistem bermasalah, maka semua yang masuk ke dalamnya akan menjadi “iblis”.

“Kalau itu logika yang dipakai, orang yang bergabung dengan pemerintah masuk ke sistem, dia menjadi iblis, maka koordinator ‘iblis’ itu Mahfud MD,” cetus Faizal, menanggapi balik narasi tersebut. Menurutnya, pandangan ini menyesatkan karena menyamaratakan semua pihak dan menghalangi partisipasi positif dalam sistem pemerintahan.

Ucapan Mahfud itu terjadi saat 2012. Ia pun saat itu pada September 2020 (dikutip Tempo) menilai kembali diviralkan untuk menyerang pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Mahfud menuturkan, ia mengatakan hal itu pertama kali pada 2012 saat masih menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi (MK). Ungkapan itu ia sampaikan dalam rangka mengevaluasi Pilkada 2012 bersama KPU dan Menteri Dalam Negeri.

“Itu pidato saya dalam konteks pilkada langsung pada waktu itu. Lalu sekarang itu diviralkan seakan-akan pemerintah yang sekarang itu iblis, terserah saja. Tapi itu saya katakan di tahun 2012 dan itu ada jejak digitalnya, di mana saya katakan itu dan kapan, ada,” katanya.

Mahfud menuturkan saat itu sistem pilkada langsung dikritik karena ditemukan banyak praktik politik uang. Seorang calon kepala daerah sampai mengeluarkan uang hingga ratusan miliar untuk bisa memenangkan kontestasi. Sementara gaji seorang kepala daerah hanya berkisar Rp 6-7 juta.

“Jadi kalau sistemnya seperti ini, saya bilang, malaikat pun akan jadi iblis. Malaikat pun jadi kepala daerah bisa jadi iblis karena modalnya besar, money politic-nya luar biasa,” tuturnya.

Usai mengevaluasi, menurut Mahfud, saat itu pemerintah sudah sepakat untuk mengembalikan pilkada ke DPRD. Namun pergolakan politik di penghujung pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan polarisasi imbas pilpres 2014 membuat rencana mengembalikan pilkada ke DPRD dibatalkan.

Faizal juga mengkritik fenomena di mana pihak oposisi seolah-olah dianggap “nabi paling suci”, padahal tidak selalu demikian. Faizal menilai adanya “kematian kreasi politik” yang diambil alih oleh YouTuber atau pegiat media sosial yang ia anggap terlalu berlebihan dalam mengawasi pemerintah, bahkan sampai mengambil alih fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Menurut Faizal, peran DPR sebagai representasi demokrasi formal harus dikembalikan. “Di sini Sinkos akan mencoba memetakan kembali demokrasi formal, DPR harus itu,” ujarnya, merujuk pada inisiatif atau kelompok yang ia gagas.

Sinkos: Misi Kebijaksanaan Rakyat

Faizal memperkenalkan “Sinkos” sebagai wadah untuk mencari kebersamaan dalam merumuskan kebijakan negara yang serius dan berpihak pada kebersamaan. Sinkos juga mengedepankan “hikmah kebijaksanaan rakyat” sebagai pedoman. Ia mengajak partisipasi dari pihak-pihak yang didasari oleh kesadaran teologis, bimbingan kebenaran, dan bertindak dengan kebijaksanaan.

“Mereka yang ingin berpartisipasi, mendukung kebutuhan-kebutuhan yang baik, dituduh sebagai pengkhianat dan lain-lain. Ini tidak bisa ke sana. Berarti Anda oposisi, malukan dong. Anda nabi. Ini harus dihijab,” tegasnya, menolak labelisasi negatif terhadap pihak-pihak yang ingin berkontribusi positif kepada pemerintah.

Faizal juga menyinggung pengalamannya sendiri yang mengaku tidak pernah “dihiraukan” oleh kekuasaan mana pun, termasuk kubu Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 yang memilih oposisi. Ia menyayangkan perdebatan yang hanya berkutat pada mantan pejabat atau politikus yang saling menyerang, sementara banyak pihak yang ingin berpartisipasi secara positif justru disalahpahami.

Menutup pernyataannya, Faizal berharap forum-forum diskusi yang konstruktif dapat terus berlanjut. “Saya mohon 1% dari hati saya untuk unduh di forum ini ayo, kalau masih modal persahabatan mana kita jaga itu, siapa tahu di luar urusan pertengkaran negara, politik, kita masih bisa menikmati kopi di ruang kajian Sinkros,” pungkasnya, mengundang semua pihak untuk berdialog dan berkontribusi secara cerdas. (RIS)

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles