24.8 C
Bandung
Friday, November 14, 2025

Buy now

Sisingaan

SISINGAAN:

(KETIKA IRINGAN MUSIK TAK LAGI MENJADI ‘RUH’ SEBUAH REPERTOAR)

Sisingaan adalah kesenian khas yang lahir dan berkembang di tanah Pasundan, tepatnya di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pertunjukan ini biasanya tampil dalam bentuk arak-arakan, membawa sebuah tandu berbentuk singa yang dinaiki oleh seorang anak yang akan menjalani prosesi sunatan. Tak hanya sebatas hiburan rakyat, sisingaan merupakan simbol kebanggaan dan jati diri masyarakat Subang, bahkan sering disebut juga sebagai singa depok atau gotong singa.

Sebagai putra daerah yang tumbuh di lingkungan kaya tradisi, saya mengenal betul warna musik dan karakter khas dari sisingaan. Musiknya bukan sekadar pengiring; ia adalah ruh—jiwa yang menghidupkan setiap gerak, setiap hentakan tarian, dan setiap emosi penonton yang menyaksikan. Namun kini, ruh itu perlahan-lahan memudar.

Sisingaan adalah kesenian khas Subang Jawa Barat/ist

Perubahan mencolok terjadi pada pola tabuh, warna musik, hingga instrumen yang digunakan. Jika dulu suara musik sisingaan begitu khas—dengan dua buah gendang besar dimainkan oleh dua orang penabuh (kemprang dan gedug), disertai tiupan terompet sebagai pembawa melodi, tiga ketuk sebagai pengatur ritme, dan sepasang gong sebagai penanda dinamika—kini semua itu nyaris tak terdengar. Identitas musik sisingaan kian kabur, bahkan sulit dibedakan dari musik bajidoran atau jaipongan.

Peralatan yang digunakan pun berubah. Kini, gendang hanya satu set, ditambah kentrung, selentem atau panerus sebagai pengusung lagu, serta sinden atau juru kawih yang menjadi pemanis pertunjukan. Bentuknya lebih menyerupai hiburan rakyat yang menekankan hiburan instan: joget, nyawer, dan gegap gempita pasar hiburan.

Pertanyaannya, mengapa ini bisa terjadi?

Jawaban paling logis: pasar. Kebutuhan pasar membuat pertunjukan sisingaan harus menyesuaikan diri demi bertahan. Tuntutan penonton yang lebih menyukai suasana dangdutan dan bajidoran membuat para pelaku kesenian berbelok arah demi mendapatkan panggilan pentas dan penghasilan. Identitas musik sisingaan pun tergerus, bahkan generasi pemusik baru nyaris tak tahu pola tabuh yang orisinal. Tak lagi istiqomah terhadap jati dirinya.

Meski begitu, masih ada harapan. Pemerintah daerah memiliki peran penting dalam menjaga kemurnian kesenian ini, setidaknya dengan menetapkan juklak dan juknis yang tegas dalam perlombaan atau festival sisingaan yang digelar secara berkala. Pembinaan terhadap sanggar, pelatihan untuk pemusik muda, dan pelestarian pola musik tradisional harus diupayakan secara konsisten agar sisingaan tetap menjadi ikon budaya yang otentik.

Ada satu pengalaman yang menguatkan kerinduan saya pada musik sisingaan yang asli. Saat dipercaya menjadi kurator pada gelaran Pandeglang Karnaval Festival, bertepatan dengan ulang tahun Kabupaten Pandeglang, kami menghadirkan berbagai kesenian helaran dari berbagai provinsi, termasuk dari Jawa Barat. Tentu saya membawa kebanggaan sendiri saat sisingaan hadir dalam barisan karnaval antarprovinsi. Tapi kejutan muncul di luar dugaan.

Setelah seluruh barisan provinsi selesai tampil, muncullah rombongan kesenian dari salah satu kecamatan di Pandeglang. Tiba-tiba telinga saya menangkap suara yang begitu akrab—musik sisingaan yang saya kenal sejak kecil! Saya bergegas mendekat dan menyaksikan sendiri bagaimana iringan tabuh, tiupan terompet, dan ritme gong itu membangkitkan nostalgia luar biasa. Ironis, justru sisingaan yang asli saya temukan… di luar Subang. Duh.

Maka inilah seruan kecil dari seorang pecinta budaya: mari rawat sisingaan bukan hanya sebagai tontonan, tapi juga sebagai tuntunan warisan identitas. Jangan biarkan ia hanyut dalam arus hiburan pasar yang menanggalkan akarnya. Ruh sisingaan adalah musiknya—tanpa itu, ia hanya tandu kosong yang kehilangan cerita. (Aminta Zein, pelaku budaya asal Subang)

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles