ANAK SEBAGAI PEWARIS MASA DEPAN KEBUDAYAAN KOTA CIMAHI, STRATEGI PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN MENUJU INDONESIA EMAS 2045
Oleh Hermana HMT*
Hari Anak Nasional (HAN) senantiasa diperingati tiap tanggal 23 Juli. Pada peringatan HAN 2025 dengan tema Anak Hebat, Indonesia Menuju Indonesia Emas 2025, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A), Arifah Fauzi mengtakan, anak-anak adalah tunas bangsa dan aset strategis yang harus dilindungi dan diberdayakan. Mereka punya hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, berpartisipasi, dan dilindungi dari segala bentuk kekerasan. Mereka adalah calon pemimpin yang kita harapkan unggul, berkarakter kuat, peduli sosial, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya.
Menteri P3A juga mengungkapkan, peringatan HAN 2025 hadir serentak di seluruh penjuru tanah air, mulai dari kementerian/lembaga, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah desa/kelurahan, sekolah, dan komunitas turut melaksanakan kegiatan HAN 2025. Tercatat lebih dari 430 kegiatan digelar serentak oleh kementerian/lembaga, pemerintah daerah, sekolah, komunitas, dunia usaha, dan masyarakat sipil di berbagai penjuru tanah air.
Pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) menunjukan komitmennya dalam membangun ketahanan keluarga dan perlindungan anak melalui peringatan HAN dan Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) yang digelar secara bersamaan, Selasa 29 Juli 2025 di Cimahi Techno Park.

Kepala DP3AP2KB Kota Cimahi, Fitriani Manan, menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak semata seremonial, melainkan sarana edukatif untuk memperkuat sinergi antara keluarga, sekolah, dan pemerintah. Melalui permainan tradisional, pertunjukan seni, dan penyuluhan pengasuhan positif, acara ini diharapkan mampu memperkuat nilai-nilai kebersamaan serta memberikan bekal bagi keluarga dalam menghadapi tantangan zaman.
Sebagai pelaku budaya besar harapan saya (Hermana), ke depan peringatan HAN khususnya di Kota Cimahi bukan sebagai kegitaan sesaat tahunan, tapi mesti menjadi ajang evaluasi terhadap penyelenggaraan satuan pendidikan, penguatan aktifitas dan kratifitas anak-anak. Lebih khusus anak-anak sebagai generasi muda merupakan aset utama dalam menjaga dan meneruskan nilai-nilai kebudayaan bangsa. Mereka memiliki potensi besar dalam menyerap, mencintai, dan mengembangkan tradisi atau budaya lokal.
Kota Cimahi merupakan kota dengan kekayaan budaya lokal yang mencerminkan warisan sejarah, nilai-nilai kearifan lokal, dan identitas masyarakatnya. Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat, pelestarian kebudayaan menjadi tantangan yang tidak sederhana. Oleh karena itu, diperlukan generasi penerus yang tidak hanya memahami tetapi juga memiliki rasa memiliki terhadap warisan budaya tersebut.
Tentunya melalui program pewarisan budaya dengan mengusung tajuk Anak Sebagai Pewaris Masa Depan Kebudayaan Kota Cimahi, Strategi Pembangunan Kebudayaan Menuju Indonesia Emas 2045 diharapkan lahir generasi yang memiliki kesadaran budaya, kreativitas, dan semangat pelestarian yang tinggi, sekaligus mampu menghadirkan inovasi kebudayaan yang relevan dengan zaman.
Sebuah program yang mesti digulirkan pemerintah kota atau Lembaga kebudayaan seperti Dewan Kebudayaan Cimahi dan menjadikan kebudayaan sebagai elemen penting dalam pembangunan karakter dan jati diri bangsa. Menanamkan nilai-nilai budaya sejak dini tidak hanya akan memperkuat identitas lokal, tetapi juga mempersiapkan anak-anak Cimahi menjadi pelaku budaya yang berkontribusi dalam level nasional maupun global.
Dengan mengangkat anak sebagai pewaris masa depan kebudayaan Kota Cimahi, kita membangun fondasi Indonesia Emas yang berakar kuat dalam tradisi namun mampu berkembang dengan dinamika zaman.
Saat ini eksistensi budaya lokal menghadapi tantangan serius. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa justru tumbuh dalam lingkungan yang lebih akrab dengan budaya luar, sehingga dikhawatirkan akan terjadi keterputusan nilai-nilai budaya lokal yang menjadi identitas suatu daerah. Kota Cimahi sebagai bagian dari warisan budaya Sunda memiliki kekayaan tradisi yang tidak ternilai, namun keberlanjutannya sangat bergantung pada keterlibatan generasi muda sejak dini.
Menyongsong Indonesia Emas 2045, pembangunan karakter bangsa tidak cukup hanya bertumpu pada aspek akademik dan teknologi. Perlu fondasi kuat berupa nilai-nilai budaya yang menumbuhkan jati diri, etika, dan semangat kebangsaan. Anak-anak yang terpapar dan berperan dalam pelestarian budaya sejak dini diyakini akan menjadi generasi yang mampu membawa kebudayaan Indonesia ke pentas dunia tanpa kehilangan akarnya.
Pewarisan budaya medesak dilakukan mengingat banyak anak-anak di Kota Cimahi yang lebih akrab dengan budaya populer dari luar dibandingkan tradisi lokal seperti seni Sunda, karena terbatasnya akses dan sarana edukasi budaya. Fasilitas pembelajaran budaya, seperti sanggar seni, pelatihan seni tradisional, dan ruang eksplorasi budaya anak, masih belum merata dan kurang dimanfaatkan secara optimal. Sisi lain minimnya keterlibatan sekolah dan keluarga dalam penguatan identitas budaya anak. Kurikulum pendidikan formal cenderung belum menitikberatkan pada pembentukan karakter budaya lokal secara konsisten. Peran keluarga juga kadang belum maksimal dalam menanamkan kecintaan terhadap budaya daerah.
Selain itu, kita masih melihat kurangnya dokumentasi dan digitalisasi warisan budaya lokal. Diera digital ini, masih sedikit konten budaya khas Cimahi yang diangkat dalam media daring yang relevan dengan minat anak-anak. Hal ini mengurangi daya tarik budaya lokal di mata generasi muda. Terakhir, kurangnya pelibatan anak dalam kegiatan Budaya secara aktif. Anak-anak sering hanya menjadi penonton pasif dalam acara kebudayaan. Padahal, mereka perlu ruang untuk berperan sebagai pelaku aktif dan inovator budaya.
Maka menjadi penting menanamkan nilai-nilai budaya lokal sejak dini melalui pendidikan dan aktivitas berbasis tradisi. Mendorong partisipasi aktif anak dalam kegiatan seni dan budaya sebagai wujud pelestarian dan inovasi. Mengembangkan ruang ekspresi budaya anak yang inklusif, aman, dan mendukung tumbuh kembang kreatif. Memanfaatkan teknologi dan media untuk memperkenalkan budaya lokal kepada generasi muda secara menarik dan relevan. Menguatkan kolaborasi antara pemerintah, sekolah, keluarga, komunitas seni, dan masyarakat dalam membangun ekosistem pelestarian budaya berbasis anak.
Manfaatnya bagi anak-anak adalah mendapatkan pengalaman langsung dalam mengenal, mencintai, dan melestarikan budaya lokal. Komunitas dan lingkungan sekitar menjadi lebih peduli terhadap pentingnya pelestarian budaya. Munculnya pendekatan edukatif baru yang menarik dan relevan dengan era digital. Serta mendorong keberlanjutan nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari anak dan keluarga.
Dampak dari semua ini diharapkan terbangunnya generasi emas yang berkarakter kuat, berakar budaya lokal, dan siap berkontribusi secara nasional maupun global. Terciptanya model pelestarian budaya daerah berbasis anak. Perkuat posisi Cimahi sebagai kota yang progresif dalam pelestarian dan inovasi kebudayaan anak menuju Indonesia Emas 2045. Memperkokoh kebudayaan sebagai bagian integral dari pembangunan daerah dan nasional yang inklusif dan berkelanjutan. **

*)Penulis adalah pelaku budaya kota Cimahi, Ketua Yayasan Kebudayaan Bandoeng Mooi Kota Cimahi dan anggota Dewan Cimahi Smart City.

