JELANG INDONESIA 80 TAHUN MERDEKA: BANGKIT, MAJU, DAN BERMARTABAT LUHUR
CATATAN AENDRA MEDITA *)
Prolog:
Dari Janji Kemerdekaan Delapan puluh tahun lalu, di sebuah hari penuh cahaya, bangsa ini mengumandangkan janji: merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Janji itu lahir dari darah, air mata, dan nyawa yang dipertaruhkan tanpa hitungan untung-rugi. Janji itu bukan sekadar teks Proklamasi, melainkan sumpah abadi kepada tanah air dan generasi yang akan datang.
Kini, di usia 80 tahun merdeka, kita harus bertanya pada diri sendiri: sudahkah janji itu kita tepati? Apakah kemerdekaan kita hanya berarti bebas dari penjajahan fisik, ataukah sudah menjadi kemerdekaan yang sejati — kemerdekaan berpikir, berkarya, berdaulat dalam politik, mandiri dalam ekonomi, dan bermartabat dalam budaya?
Pertanyaan itu bukan untuk menyalahkan masa lalu, melainkan untuk membangunkan kita dari tidur panjang. Karena kemerdekaan tanpa kemajuan adalah tubuh tanpa nyawa, dan kemajuan tanpa martabat adalah rumah megah tanpa jiwa.
I. Indonesia yang Bangkit
Bangkit bukan sekadar berdiri, tetapi sadar akan kekuatan dan potensi. Bangkit berarti meninggalkan ketergantungan yang membelenggu, menghentikan kebiasaan mencari alasan, dan mulai memikul tanggung jawab sejarah.
Bangkit dari harusnya berantas Korupsi
Kemunafikan Publik Korupsi telah menggerogoti sendi bangsa. Ini bukan sekadar kejahatan keuangan, tetapi pengkhianatan terhadap cita-cita kemerdekaan. Negara yang ingin bermartabat harus berani memerangi korupsi seperti memerangi penjajahan dulu — dengan tekad habis-habisan. Hukum tidak boleh lagi menjadi pedang tumpul ke atas, tajam ke bawah.
Bangkit dari Ketergantungan Ekonomi
Indonesia tidak boleh hanya menjadi pasar bagi produk dunia, tetapi harus menjadi produsen bernilai tinggi. Sawah kita harus memberi makan bangsa, bukan hanya ekspor bahan mentah. Laut kita harus menjadi sumber kemakmuran nelayan, bukan hanya angka statistik perdagangan.
Bangkit dari Mentalitas Instan
Peradaban besar dibangun oleh kerja keras, bukan oleh jalan pintas. Kita perlu meninggalkan budaya “asal cepat jadi” yang sering menghasilkan mutu rendah, dan menggantinya dengan budaya unggul yang menghargai proses.
II. Indonesia yang Maju
Kemajuan adalah ketika sebuah bangsa tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga peningkatan kualitas hidup seluruh warganya. Indonesia yang maju bukan hanya Jakarta yang megah, melainkan desa-desa yang makmur, sekolah-sekolah yang mencerahkan, rumah sakit yang manusiawi, dan ruang publik yang aman.
1. Pendidikan sebagai Pondasi
Pendidikan Indonesia harus melahirkan generasi berpikir kritis, kreatif, berintegritas, dan berempati. Kita tidak boleh lagi terjebak dalam sistem yang hanya mencetak penghafal, tetapi harus menumbuhkan pemikir, penemu, seniman, dan pemimpin. Pendidikan seni, teknologi, dan etika harus berjalan seiring. Karena bangsa yang hanya pandai berhitung tanpa hati akan menjadi dingin, dan bangsa yang hanya berperasaan tanpa ilmu akan tersesat.
2. Teknologi dan Inovasi sebagai Sayap
Di abad ini, kemajuan bangsa ditentukan oleh kekuatan inovasinya. Indonesia harus menjadi pencipta, bukan sekadar pengguna teknologi. Energi baru terbarukan, bioteknologi, kecerdasan buatan, dan industri kreatif harus menjadi pilar ekonomi.
3. Kesehatan dan Lingkungan sebagai Penopang
Tidak ada kemajuan jika udara penuh racun, sungai tercemar, dan pangan mengandung bahan berbahaya. Negara yang maju adalah negara yang menjaga warganya tetap sehat dan lingkungannya lestari. III. Indonesia yang Bermartabat Luhur Martabat tidak bisa dibeli dengan uang, tidak bisa diminta dari negara lain. Martabat adalah buah dari integritas, kemandirian, dan kebudayaan yang berakar kuat.
Hukum yang Adil dan Tegak
Martabat negara jatuh ketika hukum diperdagangkan. Indonesia bermartabat adalah Indonesia yang berani menegakkan keadilan meski harus melawan arus kekuasaan.
Budaya sebagai Jiwa Bangsa
Budaya adalah napas peradaban. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote, kekayaan budaya Indonesia adalah perhiasan dunia. Namun budaya bukan sekadar tontonan untuk turis, melainkan sumber nilai yang membentuk karakter bangsa.
Kedaulatan Politik dan Ekonomi
Bangsa yang martabatnya terjaga tidak akan membiarkan kebijakan pentingnya ditentukan oleh kepentingan asing. Kedaulatan bukan berarti menutup diri, tetapi memastikan bahwa setiap kerja sama internasional membawa keuntungan bagi rakyat, bukan segelintir elit.
Tujuh Agenda Besar Indonesia 80 Tahun
Agar bangkit, maju, dan bermartabat luhur bukan sekadar kata-kata, maka Indonesia harus menjalankan agenda nasional berikut:
1. Revolusi Integritas Pendidikan antikorupsi sejak dini, transparansi anggaran, dan hukuman tegas bagi pelaku kejahatan publik.
2. Revolusi Pendidikan dan Sains Reformasi kurikulum berbasis kreativitas, teknologi, literasi, dan etika. Fasilitasi riset hingga desa.
3. Ekonomi Mandiri dan Berkelanjutan Peningkatan nilai tambah sumber daya alam, penguatan UMKM, dan transisi energi bersih.
4. Revolusi Hukum dan Birokrasi Sistem hukum cepat, bersih, dan adil. Birokrasi ramping, digital, dan responsif.
5. Kesehatan Nasional yang Merata Layanan kesehatan gratis bagi yang miskin, gizi seimbang, dan pencegahan penyakit lebih diutamakan.
6. Kebangkitan Budaya dan Seni Dukungan besar pada pelaku seni, bahasa daerah, dan warisan budaya agar lestari dan menjadi kekuatan ekonomi kreatif.
7. Kedaulatan Digital dan Teknologi Data rakyat dilindungi, inovasi teknologi lokal diutamakan, dan konektivitas digital merata sampai pelosok.
Peran Generasi Muda
Delapan puluh tahun lalu, kemerdekaan diraih oleh generasi muda yang berani melawan keterbatasan. Hari ini, estafet itu ada di tangan generasi yang tumbuh di era digital, yang punya akses informasi tanpa batas, tapi juga tantangan disrupsi yang besar. Generasi muda harus menjadi:
• Penjaga Integritas: menolak segala bentuk suap dan kolusi.
• Pelopor Inovasi: menciptakan solusi teknologi dan sosial yang membangun.
• Penggerak Kebudayaan: melestarikan dan menghidupkan kembali identitas bangsa.
Sumpah Kebangkitan
Indonesia yang kita cintai ini bukan warisan nenek moyang semata, tetapi titipan anak cucu kita. Kita tidak berhak meninggalkannya dalam keadaan rapuh, korup, dan tercabik-cabik. Kita wajib menyerahkannya dalam keadaan kuat, makmur, dan bermartabat.
Delapan puluh tahun merdeka adalah saatnya kita menepati janji kemerdekaan. Mari kita bangkit sebagai bangsa yang berani, maju sebagai bangsa yang cerdas, dan hidup sebagai bangsa yang bermartabat luhur. Bersama-sama, dari desa hingga kota, dari pegunungan hingga pesisir, kita berdiri tegak menyambut masa depan. Bukan dengan kata-kata kosong, tapi dengan kerja keras, kejujuran, dan kasih kepada tanah air.
Indonesia, bangkitlah. Indonesia, majulah. Indonesia, tegakkan martabatmu setinggi langit. Karena engkau bukan bangsa pengemis, engkau adalah bangsa yang merdeka.
“Indonesia 80 Tahun Merdeka” Tabik..!!!

