Wamenbud Giring Bikin Getarkan Jiwa Mahasiwa di PKKBM ISBI Bandung
BANDUNGEDUN.COM — Dua lagu band Nidji, Laskar Pelangi dan Rahasia Hati getarkan Gedung Kesenian Sunan Ambu Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung pada hari pertama kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) yang berlangsung tanggal 25-26 Agustus 2025 di kampus ISBI, Jalan Buah Batu No. 212 Bandung.
Kehadiran Giring Ganesha, Wakil Menteri Kebudayaan RI, juga mantan vokalis band Nidji disambut meriah mahasiswa baru ISBI Bandung yang mengawali PKKMB. Tentu saja inti kehadirian Giring bukan melakukan konser musik di hadapan 600 mahasiwa baru dan civitas akademik ISBI Bandung, namun didapuk untuk menyampaikan materi sebagai pembekalan PKKBM dengan sub tema Peran Perguruan Tinggi Seni di Era Digital, Revolusi Industri 4.0, dan society 5.0. Dalam penyampai materinya, Giring menghimbau pada mahasiswa baru juga dosen ISBI Bandung agar lebih bijak memanfaatkan teknologi digital, terutama dalam hal penggunaan teknologi Artificial Intellegence (AI) atau Kecerdasan Buatan.



“AI lebih berbahya daripada bom nuklir. Jika bom nuklir adalah simbol kekuatan destruktif yang dapat menghancurkan dengan tombol, maka AI adalah suatu yang jauh lebih kompleks. Bukan hanya meledak, tapi ia berkembang. AI soalah dapat berpikir, belajar dan berevolusi secara mandiri”, ungkapnya.
Giring mengingatkan teknologi AI boleh digunakan namun sebatas alat bantu, bakan sebagai penggati otak manusia. “Kita harus mengendalikan AI, bukan AI yang mengendalikan kita. Menjadi pembeda kita sebagai manusia dengan AI adalah rasa. AI tidak punya rasa sedangkan kita memiliki itu,” katanya.
Maka untuk menguatkan diri sebagai mahluk pencipta, berbudaya dan tidak kalah dengan kehadiran AI, menurut Giring ada tiga hal yang harus dijaga diantaranya; 1. Terus berlatih mengolah rasa, 2. Kuasai AI untuk dapat memanfaatkannya, 3. Terus beradaftasi dengan perkembangan teknologi.
“Karena tidak punya rasa, AI tidak bisa masuh ke yang lebih detail dan dalam, yang bisa secara langsung dilakukan manusia”, tandasnya. Dalam proses mencipta karya seni Giring mengajak mahasiswa baru ISBI Bandung agar senantiasas mengolah rasanya dengan menyerap pengetahuan, melihat realita dari dekat, melakukan perjalanan, menyentuh, medengarkan dan merasakan.
Dengan melakukan itu, kita dapat bersaing dan membedakan antara karya orsinal manusia dengan yang diabuat AI. Sebagai penutup materi, Giring memberi contoh perbandingan syair dan lagu tentang dirinya yang dibuat AI dengan lagu yang dibuatnya bersama band Nidhji. Pertama ia putar lagu buatan AI, kemudian ia melantukankan lagu Laskar Pelangi.
Sontak seluruh mahasiswa yang ada di Gedung kesenian Sunan Ambu histeri, menyambut gembira Giring melantunkan lagu Laskar Pelangi. Bak seperti sebuah mini konser musik, Giring menghipnotis mahasiswa dan civitas akademik lainnya. Semua menyatu, mendengarkan, bergoyang, mengerakan tangan, dan bernyanyi bersama dengan khidmat. “Sumua paham kan apa yang saya maksudkan?”, ucap Giring.
Menyakinkan perbedaan ciptaan AI dengan ciptaannya yang sarat dengan sentuhan rasa. “Paham!”, jawab mahasiswa. “Lagi! Lagi! Lagi!”, mahasiswa meminta Giring melantukan lagu berikutnya. Dengan senang hati Giring mengabulkan permintaan mahasiswa dan operator memutar minus one lagu Rahasia Hati, Giring bernyanyi lagi dan mahasiswa pun mengikutinya hingga lagu usai.
Lalu Giring menutup materinya dengan menjawab beberapa pertanyaan mahasiswa seputar pengaruh teknologi AI. *** (Mang/JBS)
