27.7 C
Bandung
Friday, November 7, 2025

Buy now

Indonesia Harus Tetap Tegak, Meski Gaduh Terjadi

Indonesia Harus Tetap Tegak, Meski Gaduh Terjadi

CATATAN Kebangsaan ini hanya pengantar agar kita paham dan tahu Indonesia janganlah dirusak oleh orang pengecut dan yang tak bermoral. Meski gaduh terus berlangsung, meski arah bangsa kadang terasa kabur, satu hal tak boleh kita lepaskan: kita ini Indonesia. Bangsa yang lahir dari keberanian, dari darah dan nyawa, dari persatuan tanpa syarat. Jangan biarkan kegaduhan hari ini menenggelamkan jati diri itu.
Saya, sebagai bagian dari bangsa ini, sering bertanya dalam hati: mengapa kita begitu mudah terjebak dalam pusaran kepentingan sempit? Mengapa hukum kerap terasa tumpul, sementara korupsi justru subur? Apakah kita rela menyerahkan masa depan negeri ini kepada kerakusan segelintir orang?
Bung Karno pernah mengingatkan, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” Pahlawan tidak bertanya apa untungnya berjuang. Mereka tahu, negeri ini harus lahir agar anak cucu bisa hidup merdeka. Maka, jika hari ini kita abai, bukankah itu berarti kita sedang mengkhianati pengorbanan mereka? Indonesia Bukan Milik Segelintir Orang Indonesia tidak boleh menjadi milik segelintir orang yang menukar masa depan bangsa dengan keuntungan pribadi. Indonesia adalah milik seluruh rakyat, dari petani di pelosok, nelayan di laut, guru di desa, jurnalis di jalan, hingga pekerja yang berjuang di pabrik-pabrik.
Bung Hatta pernah berkata, “Indonesia merdeka bukanlah tujuan akhir, melainkan jembatan menuju masyarakat adil dan makmur.” Maka, tugas kita bukan hanya menikmati kemerdekaan, melainkan mengisinya. Dan mengisi kemerdekaan bukan dengan retorika kosong, melainkan dengan kerja nyata, keberanian menolak ketidakadilan, dan kesetiaan menjaga persatuan.
Idealisme Tak Boleh Padam
Tan Malaka pernah menulis, “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki pemuda.” Tetapi hari ini, idealisme seolah dipaksa tunduk oleh pragmatisme. Banyak anak muda diarahkan untuk sekadar mengejar kenyamanan pribadi. Padahal bangsa ini butuh keberanian, butuh suara yang jernih, butuh langkah yang tak gentar. Kita harusa kuat bersama, bukan melakukan hal diluar nalar. Inilah wajah asli Indonesia: keberagaman yang menyatu, bukan perbedaan yang memecah.
Korupsi, Musuh Bangsa
Bung Hatta pernah menegaskan, “Korupsi adalah musuh terbesar bangsa.” Hari ini, musuh itu masih bercokol. Ia merampas hak rakyat, melumpuhkan pembangunan, dan menggerogoti kepercayaan. Melawan korupsi bukan sekadar tugas penegak hukum. Itu adalah tanggung jawab kita semua. Karena korupsi bukan hanya merugikan uang negara, tapi juga menggerus martabat bangsa. Sikap Tegas Bangsa Atas semua kegelisahan ini, saya mungkin tegas sampaikan dengan tegas: Indonesia harus tetap tegak, kuat dan maju.
Dengan seruan: 1. Hentikan korupsi yang menggerogoti bangsa. 2. Tegakkan hukum dengan adil, tanpa pandang bulu. 3. Rawat persatuan dengan mengedepankan dialog, bukan perpecahan. 4. Bangun negeri dengan kerja nyata, bukan sekadar janji. 5. Jadikan kejujuran, integritas, dan gotong royong sebagai fondasi bangsa.
Sejarah mencatat, Indonesia lahir dari persatuan, keberanian, dan pengorbanan. Sejarah juga akan mencatat, apakah kita—generasi hari ini—berani menjaga bangsa tetap tegak, atau justru membiarkannya runtuh.
Seruan untuk Anak Bangsa Bung Karno pernah berseru, “Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia.” Maka, jangan tunggu banyak. Cukup ada yang berani memulai langkah menjaga bangsa ini, maka yang lain akan ikut bergerak.
Saudara-saudaraku, mari ikrarkan kembali: • Kita setia pada Indonesia apapun yang terjadi. • Kita jaga merah putih tetap berkibar dengan gagah. • Kita rawat persatuan sebagai kekuatan. • Kita tegakkan keadilan, karena keadilan adalah tiang bangsa. • Kita tolak korupsi, karena korupsi adalah pengkhianatan. • Kita kerja keras, karena hanya dengan kerja nyata Indonesia bisa maju.
Penutup Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan rumah ini hancur hanya karena nafsu segelintir orang. Jangan biarkan rumah ini roboh hanya karena kita diam.
Seperti pesan Bung Karno: “Jangan sekali-kali melupakan sejarah!” Sejarah telah mencatat bangsa ini lahir dari keberanian dan persatuan. Maka, sejarah juga harus mencatat bahwa kita adalah generasi yang menjaga, generasi yang tidak menyerah, generasi yang mencintai Indonesia dengan sepenuh jiwa. Meski banyak hal rusuh dan arah terasa kabur, kita tetap Indonesia. Kita jaga terus, kita rawat martabatnya, dan kita kobarkan semangatnya sampai akhir zaman. Hiduplah Indonesia Raya! ***

(Aendra Medita, Jurnalis, dan analis Pusat Kajian Komunikasi Politik Indonesia (PKKPI) & Jala Bhumi Kultura (JBK).

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles