24.8 C
Bandung
Friday, November 14, 2025

Buy now

Langit Indonesia Membara: Gelombang Protes dan Tuntutan Keadilan Memuncak di Berbagai Daerah

Langit Indonesia Membara: Gelombang Protes dan Tuntutan Keadilan Memuncak di Berbagai Daerah

Oleh NIZAR ISKANDAR*)

Menyaksikan aksi demo yang diwarnai pembakaran, perusakan dan penjarahan 25 agustus hingga 1 September kemaren, memory kita kembali (flashback) ke peristiwa tragedi Mei’98.
Dimana pada waktu seluruh mahasiswa dari berbagai daerah & provinsi,serta elemen masyarakat dari berbagai aliansi memasuki jakarta. Agenda mereka jelas “Turunkan & Adili Soeharto”. Karena rakyat merasa jengah dengan praktek KKN yang begitu kontras di masa ordebaru, ketimpangan sosial dan ketidak adilan mewarnai jalannya peta politik indonesia.
Dan puncaknya, terjadilah krisis moneter, krisis nasional yang melanda seluruh provinsi di Indonesia. Sehingga memicu gelombang demo yang begitu besar. Namun sayang aksi demo diwarnai dengan aksi penculikan, penjarahan, pembakaran bahakan sampai ke hal penculikan & pembunuhan, begitu banyak sekali memakan korban, baik secara meteril atau pun nyawa.
Dan kami yakiin, bahwa aksi demo brutal tersebut bukan dari bagian agenda seting mereka(massa pendemo murni). Bisa jadi ada sekelompok orang yang menungangi agar demo tersebut berubah menjadi provokatif & anarkis. Namin apapun itu, toh pada akhirnya tuntutan rakyat pad akhirnya berhasil. Soeharto akhirnya mundur pada bulan Mei 1998~~Kini peristiwa yg hampir serupa timbul kembali, “Hantu 98” muncul tepat pada bulan dimana bulan Agustus adalah bulan lahirnya kemerdekaan 1945.
Seolah alam memberi sinyal bahwa tanah air sedang tidak baik-baik saja atau (belum merdeka). Meski skalanya tidak lebih besar dari 98 Mei, namun toh tetap membawa dampak buruk terhadap kondisi bangsa. -Suasana “membara” kian terasa di jakarta yang merembet ke Bandung, Surabaya, Solo dan di sebagian kota. Ditandai dengan gelombang aksi protes dan tuntutan atas isu-isu keadilan yang tidak kunjung usai. Mulai dari kota-kota besar hingga pelosok daerah, masyarakat menyuarakan kekecewaan mereka terhadap berbagai kebijakan yang dianggap merugikan dan perlakuan yang tidak adil.
Di Jakarta, demonstrasi yang melibatkan ribuan aktivis mahasiswa dan warga sipil pecah akibat isu terkait penegakan hukum yang dianggap tebang pilih. Aksi-aksi ini didorong oleh rasa frustrasi terhadap sejumlah kasus di mana arogansi elit seolah mengabaikan suara dan hak-hak rakyat, yang membuatnya semakin muak melihat ketidakadilan ini. Awalnya demo terlihat damai & rapi
Dan kondisi makin tak terkendali setelah Affan Kurniawan driver ojol dilindas kendaraan rantis oleh oknum Brimob hingga meninggal, dan penangkapan sejumlah pelajar & mahasiswa, amuk masa makin membara dengan diwarnai perusakan & penjarahan di rumah beberapa anggota parlemen. Apa sebenarnya yang menjadi tuntutan massa pendemo sebenarnya?
Pada 29 September 2025, tidak ada informasi spesifik mengenai demo besar yang terjadi, namun ada gelombang demonstrasi pada akhir Agustus 2025 yang dipicu oleh kasus tewasnya pengemudi ojek online, yang menyebabkan tuntutan akan keadilan bagi korban dan reformasi aparat keamanan. Tuntutan lain termasuk penolakan terhadap kenaikan upah murah, penghapusan sistem outsourcing, dan penolakan terhadap peraturan terkait, seperti yang disuarakan oleh buruh dan mahasiswa.
Bukanlah hal baru jika dalam setiap aksi demo selalu berakhir ricuh bahkan anarkis, antara yang pro terhadap kepentingan rakyat dan pro terhadap sekelompok orang yang memiliki kepentingan kelompoknya sendiri.
Sehingga irama demonstrasi layaknya orkrestra yang kehilangan partitur, arah & tujuan menjadi kabur. Ada sebuah sistem tentang teori “Fog Of War” yang berarti (kabut perang). Teori ini diciptakan oleh Carl Von Clausewitz, ahli strategi militer Rusia abad ke 19. Teori ini untuk menciptakan “ketidak pastian & kebingungan” dalam sebuah aksinya. Massa aksi yang tidak sejalan dengan pendemo lainnya dan tidak memiliki arah tujuan itulah yang menjadi amunisi dari teori Fog Of War, sehingga melakukan penjarahan dan perusakan agar aksi tuntutan dari pendemo itu ternodai.
Dalam hal ini seorang pemimpi menurut dituntut responsif untuk menstabilkan keadaan. Menurut hemat saya, mohon maaf tidak ada maksud menggurui, yaitu: mencoba melakukan pendekatan secara persuasif, dekati dan tataplah mata mereka (rakyat), lalu rangkullah, libatkan para alim ulama, karna ulama adalah “Warosatul anbiya” pewaris nabi-nabi yang bisa menyejukan hati para umatnya. Setidaknya para ulama akan mengiringi dengan doa-doa yang insya Allah didengar.
Dengan harapan semoga ke depan hal serupa tidak terjadi lagi. Dan semoga Allah SWT menyelamatkan bangsa serta negri ini keluar dari cengkraman orang-orang fasik & munafiin. Aamiin.

 

*)Program Analis Jala Bhumi Kultura (JBK).

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles