25.2 C
Bandung
Tuesday, November 11, 2025

Buy now

Rohana Kudus dan Etika Pena di Zaman Digital

Roehana Koeddoes adalah wartawati pertama Indonesia. Pada 1911, Roehana Koeddoes mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang. Sembari aktif di bidang pendidikan yang disenanginya, Roehana Koeddoes menulis di surat kabar perempuan, Poetri Hindia.
Teknologi telah mengubah cara kita membaca, menulis, dan mempercayai berita. Di layar kecil, semua orang kini bisa menjadi “wartawan”, tapi tidak semua memahami makna dari tanggung jawab pena. Di sinilah nama Roehana Kudus kembali bersinar — bukan sebagai sosok masa lalu, melainkan ruh etika yang seharusnya menuntun masa kini.
Roehana menulis di masa ketika kata bisa dianggap berbahaya. Ia sadar, setiap huruf yang ia susun adalah sikap. Ia tidak pernah menulis untuk menaklukkan opini publik, melainkan untuk menyalakan kesadaran. Bandingkan dengan zaman digital sekarang, di mana seringkali tulisan kehilangan arah, dan etika ditukar dengan jumlah tayangan.
Etika pena yang diajarkan Rohana sederhana namun tegas: tulislah dengan nurani, bukan dengan nafsu. Ia memahami bahwa kekuatan jurnalisme tidak terletak pada kecepatan, tapi pada kebenaran yang dihayati.
Maka, jika hari ini seorang jurnalis — atau siapa pun yang menulis di ruang publik — menengok sejenak ke sosok Rohana Kudus, ia akan belajar kembali makna dasar dari profesi ini: bahwa menulis adalah tanggung jawab moral. Pena adalah amanah, bukan alat dagang.
Roehana Koeddoes telah lama pergi, 1972 tetapi nilai yang ia wariskan tetap hidup: bahwa kata bisa menjadi laku, dan laku bisa menjadi cahaya. Tabik.
— Aendra Medita

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles