25.6 C
Bandung
Sunday, November 9, 2025

Buy now

Sastrawan dari Berbagai Daerah Tolak Denny JA Jadi Nominator Penerima Penghargaan Sastra BRICS

Sastrawan dari Berbagai Daerah Tolak Denny JA Jadi Nominator Penerima Penghargaan Sastra BRICS

Kementerian Kebudayaan didesak untuk membentuk panitia independen dan berwawasan luas tentang sastra Indonesia dengan segala aspeknya yang bertugas khusus menyiapkan calon penerima Penghargaan Sastra BRICS. #kbanews

BANDUNGEDUN.COM— Dukungan para sastrawan dari berbagai daerah terus bergulir terhadap resolusi tentang pengajuan calon penerima Penghargaan Sastra BRICS. Mereka menyampaikan pernyataan sikap bersama berisi penolakan nominator atas nama Denny JA, Iksaka Banu, dan Intan Paramadhita.

Ada lima poin penting pernyataan sikap dan diharapkan ini dapat menjadi bahan pertimbangan berbagai pihak yang berkepentingan berkaitan dengan pengusulan calon penerima Penghargaan Sastra BRICS.

Pertama, menolak pengajuan sastrawan-karya sastra Indonesia tingkat semenjana. Kedua, mengusulkan sastrawan-karya yang merepresentasikan kekayaan sosial-budaya dan kedalaman daya ungkap bahasa Indonesia secara kreatif.

Ketiga, melakukan pemilihan karya sastra berdasarkan kualitas kesastraan, ekspresi kebudayaan, dan jiwa keindonesiaan.

Keempat, menetapkan pemilihan karya sastra dengan mempertimbangkan kriteria mencakup batas tahun penerbitan. Kemudian kiprah, kontinuitas, produktivitas, capaian, dan autentisitas kesastrawanannya. Juga kontribusinya bagi perkembangan kesusastraan Indonesia.

Kelima, menyampaikan hasil pemilihan-penetapan sastrawan-karya secara transparan dan terbuka dengan argumentasi yang objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu mendesak pemerintah dalam hal ini Kementerian Kebudayaan untuk membentuk panitia independen, kredibel, objektif, dan berwawasan luas tentang sastra Indonesia dengan segala aspeknya yang bertugas khusus menyiapkan calon penerima Penghargaan Sastra BRICS.

Setidaknya ada lima poin mengapa kemudian hal tersebut perlu dilakukan. Pertama, untuk menegakkan muruah kesusastraan dan kebudayaan Indonesia. Kedua, menghindari kontroversi yang dapat memantik reaksi publik yang kontraproduktif.

Ketiga, menumbuhkan kepercayaan publik pada karya sastra bangsa sendiri sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari produk kebudayaan Indonesia.

Keempat, meningkatkan apresiasi masyarakat khazanah kesusastraan Indonesia. Dan kelima, menyampaikan diplomasi budaya berdasarkan karya-sastrawan yang dapat menjadi kebangggaan dan anutan masyarakat.

Demikian, isi pernyataan sikap yang terus bergulir mendapat dukungan para sastrawan dari berbagai daerah sejak dikeluarkan pada Senin, 27 Oktober 2025.

Maman S. Mahayana (kanan) saat bersama perwakilan BRICS Rusia di TIM Jakarta, Senin, 27/10/2025. (Foto: KBA News/HO-Remmy Novaris)

Menariknya, dalam sebuah pertemuan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Senin (27/10/2025) yang antara lain dihadiri oleh Maman S. Mahayana, Remmy Novaris DM, Bud Murdono, dan lain-lain, perwakilan BRICS dari Rusia menyatakan mendukung resolusi penolakan nominator dari Indonesia. Namun tetap independen dan tidak mencampuri urusan sastrawan di Indonesia.

Selain itu Vadim Teryikhim, Koordinator Asosiasi Penulis BRICS dan Dr. A Ganjar Harimansyan juga mendukung resolusi penolakan atas nominasi Denny JA. Ia meminta supaya asosiasi sastrawan Indonesia bermusyawarah lagi untuk mengambil keputusan yang transparan dan obyektif sesuai dengan kriteria yang disampaikan oleh Maman S. Mahayana.

Sebelumnya sebagaimana diberitakan KBA News, Minggu, 26 Oktober 2025, kritikus sastra Maman S. Mahayana—yang juga juri BRICS Literature Award asal Indonesia–secara terbuka menyatakan menolak tiga nama untuk diajukan sebagai kandidat penerima Penghargaan Sastra BRICS. Mereka adalah Denny JA, Iksaka Banu, dan Intan Paramaditha.

“Selain saya tidak memilih nama-nama itu, juga masih banyak nama yang lebih layak diajukan sebagai calon penerima BRICS Literature Award,” kata Maman memberikan alasan atas penolakannya tersebut melalui keterangan yang diterima KBA News, Minggu, 26 Oktober 2025.

Maman heran dengan munculnya nama Denny JA secara tiba-tiba sebagai kandidat penerima penghargaan yang sebelumnya ada dua calon penerima Penghargaan Sastra BRICS, yaitu Iksaka Banu dan Intan Paramaditha.

Diceritakan Maman, pada 23 Oktober 2025, ia mendapat undangan konferensi pers BRICS Literature Award, Senin, 27 Oktober 2025 dengan tiga nama yang dinominasikan, yaitu Denny JA, Iksaka Banu, dan Intan Paramaditha.

Adanya penambahan dari dua nama menjadi tiga nama dengan urutan yang juga berubah, disebutkan Maman menunjukkan ada sesuatu yang dapat menjadi pertanyaan besar, bahkan sangat mungkin memantik kontroversi yang tidak produktif.

Selain tidak jelas dasar kriteria pemilihan-penentuan nama-nama itu, lanjut Maman seraya melempar serentetan pertanyaan kritisnya, juga tidak jelas siapa saja yang memilih–menentukan nama-nama itu? Apa kapasitas dan otoritasnya?

“Dan yang lebih penting lagi, bagaimana pertanggungjawabannya kepada publik sastra kita dan kepada bangsa Indonesia?” demikian Maman.

Sekadar untuk diketahui, BRICS merupakan kelompok negara berkembang yang memiliki peran besar dalam perekonomian global. Didirikan padsa 16 Juli 2009. BRICS adalah singkatan dari Brazil, Rusia, India, China, South Africa.

Kelompok BRICS saat ini menjadi simbol kekuatan ekonomi baru sebagai penyeimbang dominasi negara Barat dalam tatanan ekonomi dunia. Indonesia resmi bergabung dengan BRICS pada 6 Januari 2025, menandai langkah strategis untuk memperluas pengaruh dalam ekonomi global dan mendiversifikasi mitra strategisnya. Selain Indonesia, masuk pula Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab.

Pada November 2024, Moskow menjadi tuan rumah BRICS Traditional Values Forum (Forum Nilai-Nilai Tradisional BRICS) yang dihadiri anggota-anggota yang tergabung dalam BRICS.

Selayang Pandang

Maman S. Mahayana seperti dilansir Borobudur Writers & Cultural Festival, dikenal sebagai kritikus sastra dengan banyak penghargaan, seperti Juara Lomba Penelitian di Universitas Indonesia (1990, 1991, 1995), Peneliti Berprestasi (2003, 2007), dan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden RI (2005).

Ia juga menerima Anugerah Sagang (2006), Anugerah Mastera atas bukunya Sembilan Jawaban Sastra Indonesia (2007), dan penghargaan atas buku Kitab Kritik Sastra sebagai esai kritik terbaik tahun 2016.

Maman menulis banyak buku kajian sastra yang diterbitkan penerbit terkemuka, dan menjadi editor lebih dari 100 buku. Ia juga menulis lebih dari 300 prolog, esai, dan artikel yang dimuat di media nasional.

Sebagai akademisi, Maman pernah menjadi dosen tamu di Hankuk University of Foreign Studies (2008–2014) dan memberikan kuliah di berbagai universitas ternama, termasuk di Paris, Singapura, dan Azerbaijan.

Ia juga menerjemahkan berbagai karya sastra Korea dan China, termasuk New York Bakery (2019). Kini, Maman menjabat sebagai Ketua Yayasan Hari Puisi, terus berkontribusi dalam pengembangan sastra Indonesia.(kba/bdgE)

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles